apa lagi yang ingin kita perbuat pada kopi..
sesungguhnya ia sudah terlalu lelah sejak awal perjalanan panjangnya,
memasuki semenanjung arab,
hadir sebagai penanda peradaban islam berabad lampau..
diperebutkan para pedagang eropa di gerbang venesia…
dirindukan para peziarah India,
disebar oleh koloni-koloni bangsa eropa,
dan menjalani nasib pengelanaannya di tanah jawa..
hingga menjelma “a cup of java”
lalu merayapi seluruh bukit dan lembah ibu pertiwi…
sesungguhnya ia sudah terlalu lelah sejak awal perjalanan panjangnya,
memasuki semenanjung arab,
hadir sebagai penanda peradaban islam berabad lampau..
diperebutkan para pedagang eropa di gerbang venesia…
dirindukan para peziarah India,
disebar oleh koloni-koloni bangsa eropa,
dan menjalani nasib pengelanaannya di tanah jawa..
hingga menjelma “a cup of java”
lalu merayapi seluruh bukit dan lembah ibu pertiwi…
apa lagi yang ingin kita perbuat pada kopi…
tidakkah ia sudah melampaui semua..
menjadi teman sepi para sufi,
dipersahabat oleh kaum cendikia,
berintim dengan para pemikir bebas,
ia ada saat lahirnya cita-cita renaissance,
ia larut bersama para pengagum aufklarung,
menyatu di lepas perjamuan malam sang filsuf kant,
tidakkah ia sudah melampaui semua..
menjadi teman sepi para sufi,
dipersahabat oleh kaum cendikia,
berintim dengan para pemikir bebas,
ia ada saat lahirnya cita-cita renaissance,
ia larut bersama para pengagum aufklarung,
menyatu di lepas perjamuan malam sang filsuf kant,
apa lagi yang ingin kita perbuat pada kopi…
ia menghubungkan peradaban,
mengilhami pencetusan teknologi,
dan dilumat oleh teknologi itu sendiri,
terpapar di mesin-mesin industri
ia menghubungkan peradaban,
mengilhami pencetusan teknologi,
dan dilumat oleh teknologi itu sendiri,
terpapar di mesin-mesin industri
apa lagi yang ingin kita perbuat pada kopi..
jauh di puncak dingin tempat bertumbuh, ia adalah rasa lelah…
yang menanti masa petiknya bersama kesunyian,
yang dengan kesabarannya menyimpan gumam petani,
yang tegaknya disangga oleh tulang-tulang dan air mata sejarah,
yang masyur namanya tak ditemukan di hamparan tempatnya berdiang,
dan label-label tak pernah singgah di gubuknya yang kusam.
jauh di puncak dingin tempat bertumbuh, ia adalah rasa lelah…
yang menanti masa petiknya bersama kesunyian,
yang dengan kesabarannya menyimpan gumam petani,
yang tegaknya disangga oleh tulang-tulang dan air mata sejarah,
yang masyur namanya tak ditemukan di hamparan tempatnya berdiang,
dan label-label tak pernah singgah di gubuknya yang kusam.
apa lagi yang ingin kita perbuat pada kopi,
selain menikmatinya dengan rasa hikmat,
selayaknya memasuki relung sunyi petani,
yang aroma keringatnya (si petani) adalah wangi kopi itu sendiri…
di perjamuan para bangsawan pun, ia (petani kopi) tak dapat diingkari…
selain menikmatinya dengan rasa hikmat,
selayaknya memasuki relung sunyi petani,
yang aroma keringatnya (si petani) adalah wangi kopi itu sendiri…
di perjamuan para bangsawan pun, ia (petani kopi) tak dapat diingkari…
('jeng, 010916)
Hai kak, artikel kamu bagus.
BalasHapusOya, saya mau ngajakin gabung ke komunitas blogger se kota Bogor nih..
Ada id Line/whatsapp ga?
waah, terima kasih. maaf yaa, telat respon. baru buka komen. boleh gabung, tapi kontak saya kasih lewat jalur email aja ya.., bisa japri saya via jengningrum@gmail.com
Hapus