Sabtu, 17 Juni 2017

Menekuri kopi, mengagumi para penemu/pengkriya, dan proses mencipta di balik secangkir kopi yang nikmat


Ada banyak hal yang dapat membawa kita pada proses penekuran tentang kekuatan karya dan proses penemuan yang melekat pada kemampuan manusia dalam mencipta, ia (manusia) yang juga sebagai mahluk Maha Karya Sang Maha Pencipta.  Maka, izinkanlah kali ini saya menekuri kopi tidak pada karakter rasa sebagai identitas si kopi, tetapi pada proses panjang penemuan kopi hingga ia hadir dengan beragam olahan dan penyajian yang membuat kehidupan ini menjadi hidup, begitu penuh warna.

Merujuk pada berbagai catatan tentang sejarah penemuan kopi, konon tanaman tersebut mulai dikenal oleh Suku Galla di Afrika Timur pada 1000 SM.  Konon juga, catatan lain menuliskan Khaldi sang penggembalalah orang yang pertama kali menemukan kopi di dataran tinggi Ethopia. Siapapun ia, yang telah menakhlukkan rasa ingin tahunya dengan memetik biji-biji kopi dan memberanikan diri memasak biji-biji tersebut untuk pertama kali, meneguknya, lalu merelakan tubuhnya mengalami reaksi (apapun bentuknya). Merekalah sang penemu.  Penemuan sederhana, seperti seorang pendaki yang menemukan jenis tanaman baru sebagai tanaman yang dapat dimakan di perjalanan. Atau seorang peladang yang membawa pulang seikat dedaunan yang baru dikenali lalu diolah sebagai jenis sayuran baru.  Mereka mungkin tak pernah membayangkan pengaruh temuan sederhana itu di masa depan.  Sejatinya, penemuan-penemuan awal yang sederhana itu adalah fondasi, pijakan petama, dari berbagai penemuan lanjutan yang mengikutinya, hingga berbagai penemuan tersebut kita pandang sebagai bagian dari bangunan besar peradaban. Penemuan dan penciptaan hal-hal baru berhubungan dengan kopi dapat kita telusuri di sepanjang perjalanan kehidupan dunia kopi itu sendiri. Mulai dari kopi di hulu hingga kopi di hilir.

Pikiran apa yang terlintas di benak penemu Ibrik (alat pembuat Turkish Coffee, disebut juga cezves atau briki) ketika menemukan ide membuat alat tersebut. Sehingga masyarakat Turki mempunyai tradisi membuat kopi dengan rasa eksotis yang dihasilkan si alat tersebut.  Mungkin nama mereka tak banyak disebut, terutama ketika Ibrik sudah menjadi produk industri yang dihasilkan secara massal. Maka yang kemudian tercantum di label produksi adalah nama perusahaan. Jika pun temuan suatu alat pengolah kopi dihasilkan sebagai bagian dari riset yang dilakukan oleh industri peralatan kopi, ia tidak bisa dilepaskan sebagai hasil karya manusia.

Dalam dunia budidaya tanaman (termasuk kopi), ada yang dikenal dengan istilah “pemuliaan” tanaman.  Suatu perlakuan yang bertujuan untuk menjaga kemurnian tanaman kopi, atau bisa juga untuk memperkuat daya tahan terhadap hama dan gangguan lain, atau bisa juga untuk memunculkan kekhasan kopi yang diperoleh dari mutasi alami tanaman kopi tersebut. Di samping itu, meskipun selalu menjadi kontroversi, namun dalam dunia bioteknologi, perkembangan yang bertujuan menghasilkan varietas baru tamaman kopi juga terus terjadi. Mereka, para peneliti dan penemu mempelajari susunan genetik tanaman kopi, dan mempelajari genom biji kopi, melalui berbagai ujicoba.  Saya sendiri tidak bisa membayangkan akan menghasilkan kopi seperti apa mereka di masa depan.  Pemuliaan dan pengembangan bioteknologi, sekalipun dilakukan di bawah bendera perusahaan benih dan industri kopi, tetaplah hasil pemikiran dan karya cipta manusia. Ada individu-individu penemu di belakang proses tersebut.  Di kalangan petani kopi sendiri, pemuliaan tanaman kopi dan kawin silang sehingga menghasilkan varietas baru atau menghasilkan tanaman kopi unggul sering terjadi. Mereka juga para penemu.

Para penemu, orang-orang kreatif juga kita jumpai dalam dunia peracikan dan penyajian minuman kopi. Penduduk Vienna tercatat sebagai pembuat Cappucino pertama, sekitar tahun 1680-an.  Hasil campuran kopi, krim dan madu yang menghasilkan warna coklat mengingatkan mereka pada warna jubah seorang Pendeta dari Ordo Capuchin yang ikut bertempur memperebutkan Vienna dari kekuasaan Turki.  Lalu mereka menamakan minuman kopi dengan krim dan madu tersebut sebagai Cappucino.  Siapa tepatnya peracik pertama yang menemukan racikan minuman tersebut..? Menemukan nama itu sama sulitnya menemukan nama orang yang pertama kali menemukan racikan karedok makanan khas orang Sunda. Mereka adalah para penemu. Orang-orang yang dengan sadar atau tanpa sadar, dipengaruhi oleh kekuatan ide dan kemampuan meracik, telah menghasilkan karya cipta yang dapat dinikmati oleh manusia lain. Bahkan menjadi inspirasi bagi berkembangnya proses penciptaan berikutnya, tanpa terpikir ingin mencatatkan namanya di lembar sejarah.

Jika ingin menekuri evolusi yang subjek utamanya adalah proses kriya segala hal yang berhubungan dengan kopi, maka rajin-rajinlah mengenali berbagai temuan di balik seduhan kopi yang kita nikmati. Di balik secangkir kopi itu ada racikan, ada alat peracik, ada alat roasting, ada jenis dan varietas kopi. Dan di belakang semua penemuan itu, ada makhluk yang bernama manusia.  Sejatinya, menghikmati secangkir kopi adalah menghikmati hasil kriya manusia.  Yang berarti juga menghikmati manusia sebagai Maha Karya Sang Maha Pencipta.

Penekuran kita tentang proses penemuan tersebut mungkin akan sampai pada pertanyaan, kapankah penemuan-penemuan tersebut akan berakhir ? Sama halnya dengan pertanyaan, kapan manusia tidak lagi menghasilkan hal-hal baru di dunia perkopian ? Atau, kapan manusia berhenti berkarya dan menciptakan sesuatu yang baru ? Mengenai semangat kreatif, Rabindranath Tagore, dalam bukunya Agama Manusia”, menuliskan; “……. ketika ceritanya mendekati penyelesaian, maka ditemukan kesulitan-kesulitan lain agar kisah petualangan bisa berlanjut. Karena kalau sampai pada penyelesaian yang benar-benar memuaskan berarti berakhirnya segala hal, dan bila demikian, anak besar bernama manusia tidak bisa berbuat lain kecuali menutup tirai dan pergi tidur”.  

Begitulah proses penciptaan itu berlangsung. Sepanjang manusia masih menjadi bagian dari kehidupan, maka proses kreatif untuk menghasilkan temuan dan karya-karya baru akan terus berlangsung, tak terkecuali di kancah perkopian.  Sebab ada hal yang sangat lahiriah melekat dalam diri manusia sebagai kesatuan penciptaannya oleh Sang Maha Pencipta yang tidak dapat dielakkan. Adalah hasrat untuk mewujudkan kemampuan nalar, imajinasi kreatif, cinta dan keinginan untuk saling terhubung dengan sesama manusia, memberikan yang terbaik bagi manusia lain. Salah satu perwujudannya melalui karya, penciptaan, penemuan-penemuan yang dapat didedikasikan kepada kehidupan dan kemajuan peradaban.

Untuk itu, sebagai penikmat kopi, patutlah kita mengucapkan terima kasih, serta tabik yang dalam bagi  mereka, individu-individu, yang telah mencurahkan segenap keutuhannya sebagai manusia untuk menghasilkan temuan dan karya-karya terbaik sehingga secangkir kopi yang nikmat tersaji di depan kita.