Ada banyak hal yang dapat membawa kita pada proses penekuran tentang kekuatan karya dan proses penemuan yang melekat pada kemampuan manusia dalam mencipta, ia (manusia) yang juga sebagai mahluk Maha Karya Sang Maha Pencipta. Maka, izinkanlah kali ini saya menekuri kopi tidak pada karakter rasa sebagai identitas si kopi, tetapi pada proses panjang penemuan kopi hingga ia hadir dengan beragam olahan dan penyajian yang membuat kehidupan ini menjadi hidup, begitu penuh warna.
Merujuk pada berbagai catatan tentang sejarah penemuan kopi, konon
tanaman tersebut mulai dikenal oleh Suku Galla di Afrika Timur pada 1000 SM. Konon juga, catatan lain menuliskan Khaldi sang penggembalalah orang yang pertama kali menemukan kopi di dataran tinggi Ethopia. Siapapun ia, yang telah menakhlukkan rasa ingin tahunya dengan
memetik biji-biji kopi dan memberanikan diri memasak biji-biji tersebut untuk pertama kali,
meneguknya, lalu merelakan tubuhnya mengalami reaksi (apapun bentuknya).
Merekalah sang penemu. Penemuan
sederhana, seperti seorang pendaki yang menemukan jenis tanaman baru sebagai
tanaman yang dapat dimakan di perjalanan. Atau seorang peladang yang membawa
pulang seikat dedaunan yang baru dikenali lalu diolah sebagai jenis sayuran
baru. Mereka mungkin tak pernah
membayangkan pengaruh temuan sederhana itu di masa depan. Sejatinya, penemuan-penemuan awal yang
sederhana itu adalah fondasi, pijakan petama, dari berbagai penemuan lanjutan
yang mengikutinya, hingga berbagai penemuan tersebut kita pandang sebagai
bagian dari bangunan besar peradaban. Penemuan dan penciptaan hal-hal baru berhubungan dengan kopi dapat kita telusuri di sepanjang perjalanan kehidupan dunia kopi itu sendiri. Mulai dari kopi di hulu hingga kopi di hilir.
Pikiran
apa yang terlintas di benak penemu Ibrik (alat
pembuat Turkish Coffee, disebut juga cezves atau briki) ketika menemukan ide membuat alat tersebut. Sehingga
masyarakat Turki mempunyai tradisi membuat kopi dengan rasa eksotis yang
dihasilkan si alat tersebut. Mungkin
nama mereka tak banyak disebut, terutama ketika Ibrik sudah menjadi produk industri yang dihasilkan secara massal.
Maka yang kemudian tercantum di label produksi adalah nama perusahaan. Jika pun
temuan suatu alat pengolah kopi dihasilkan sebagai bagian dari riset yang
dilakukan oleh industri peralatan kopi, ia tidak bisa dilepaskan sebagai hasil
karya manusia.
Dalam
dunia budidaya tanaman (termasuk kopi), ada yang dikenal dengan istilah
“pemuliaan” tanaman. Suatu perlakuan
yang bertujuan untuk menjaga kemurnian tanaman kopi, atau bisa juga untuk
memperkuat daya tahan terhadap hama dan gangguan lain, atau bisa juga untuk
memunculkan kekhasan kopi yang diperoleh dari mutasi alami tanaman kopi
tersebut. Di samping itu, meskipun selalu menjadi kontroversi, namun dalam
dunia bioteknologi, perkembangan yang bertujuan menghasilkan varietas baru tamaman
kopi juga terus terjadi. Mereka, para peneliti dan penemu mempelajari susunan
genetik tanaman kopi, dan mempelajari genom biji kopi, melalui berbagai ujicoba. Saya sendiri tidak bisa membayangkan akan
menghasilkan kopi seperti apa mereka di masa depan. Pemuliaan dan pengembangan bioteknologi,
sekalipun dilakukan di bawah bendera perusahaan benih dan industri kopi, tetaplah
hasil pemikiran dan karya cipta manusia. Ada individu-individu penemu di
belakang proses tersebut. Di kalangan
petani kopi sendiri, pemuliaan tanaman kopi dan kawin silang sehingga
menghasilkan varietas baru atau menghasilkan tanaman kopi unggul sering
terjadi. Mereka juga para penemu.
Para penemu, orang-orang kreatif juga kita jumpai dalam dunia peracikan dan penyajian minuman kopi. Penduduk
Vienna tercatat sebagai pembuat Cappucino
pertama, sekitar tahun 1680-an. Hasil
campuran kopi, krim dan madu yang menghasilkan warna coklat mengingatkan mereka
pada warna jubah seorang Pendeta dari Ordo Capuchin yang ikut bertempur
memperebutkan Vienna dari kekuasaan Turki.
Lalu mereka menamakan minuman kopi dengan krim dan madu tersebut sebagai
Cappucino. Siapa tepatnya peracik pertama yang menemukan
racikan minuman tersebut..? Menemukan nama itu sama sulitnya menemukan nama
orang yang pertama kali menemukan racikan karedok makanan khas orang Sunda. Mereka
adalah para penemu. Orang-orang yang dengan sadar atau tanpa sadar, dipengaruhi
oleh kekuatan ide dan kemampuan meracik, telah menghasilkan karya cipta yang
dapat dinikmati oleh manusia lain. Bahkan menjadi inspirasi bagi berkembangnya
proses penciptaan berikutnya, tanpa terpikir ingin mencatatkan namanya di
lembar sejarah.
Jika
ingin menekuri evolusi yang subjek utamanya adalah proses kriya segala hal yang
berhubungan dengan kopi, maka rajin-rajinlah mengenali berbagai temuan di balik
seduhan kopi yang kita nikmati. Di balik secangkir kopi itu ada racikan, ada
alat peracik, ada alat roasting, ada
jenis dan varietas kopi. Dan di belakang semua penemuan itu, ada makhluk yang
bernama manusia. Sejatinya, menghikmati
secangkir kopi adalah menghikmati hasil kriya manusia. Yang berarti juga menghikmati manusia sebagai
Maha Karya Sang Maha Pencipta.
Penekuran
kita tentang proses penemuan tersebut mungkin akan sampai pada pertanyaan,
kapankah penemuan-penemuan tersebut akan berakhir ? Sama halnya dengan
pertanyaan, kapan manusia tidak lagi menghasilkan hal-hal baru di dunia
perkopian ? Atau, kapan manusia berhenti berkarya dan menciptakan sesuatu yang
baru ? Mengenai semangat kreatif, Rabindranath
Tagore, dalam bukunya Agama Manusia”, menuliskan; “……. ketika ceritanya
mendekati penyelesaian, maka ditemukan kesulitan-kesulitan lain agar kisah
petualangan bisa berlanjut. Karena kalau sampai pada penyelesaian yang
benar-benar memuaskan berarti berakhirnya segala hal, dan bila demikian, anak
besar bernama manusia tidak bisa berbuat lain kecuali menutup tirai dan pergi
tidur”.
Begitulah
proses penciptaan itu berlangsung. Sepanjang manusia masih menjadi bagian dari
kehidupan, maka proses kreatif untuk menghasilkan temuan dan karya-karya baru
akan terus berlangsung, tak terkecuali di kancah perkopian. Sebab ada hal yang sangat lahiriah melekat
dalam diri manusia sebagai kesatuan penciptaannya oleh Sang Maha Pencipta yang
tidak dapat dielakkan. Adalah hasrat untuk mewujudkan kemampuan nalar,
imajinasi kreatif, cinta dan keinginan untuk saling terhubung dengan sesama
manusia, memberikan yang terbaik bagi manusia lain. Salah satu perwujudannya
melalui karya, penciptaan, penemuan-penemuan yang dapat didedikasikan kepada
kehidupan dan kemajuan peradaban.
Untuk
itu, sebagai penikmat kopi, patutlah kita mengucapkan terima kasih, serta tabik
yang dalam bagi mereka,
individu-individu, yang telah mencurahkan segenap keutuhannya sebagai manusia untuk
menghasilkan temuan dan karya-karya terbaik sehingga secangkir kopi yang nikmat
tersaji di depan kita.